gold krisan

sayapku yang dulu hendak rapuh, karena beberapa pias senja. tetapi kini, kembali tersadar, aku akan berbinar, tapi tentu tak kan gemerlap, bila kau tak bersama ku. sekarang. terimakasih untu kau yang kini mengisi babak baruku. terimakasih untuk semua.....

Jumat, 14 Oktober 2011

opini pribadi , maaf jika mengusik anda

PROFESI     BUKAN     POSISI
Oleh: A A Sagung Dwi Adnyaswari

            Suatu profesi idaman, idealnya sudah dapat di impikan sejak dini. Apakah itu hanya sekedar sebagai motivasi dalam menuntun ilmu atau sebagai acuan dalam berkarya.
Tidak lah mudah menumbuhkan suatu pemahaman dalam memutuskan profesi yang nantinya hendak ditekuni.
            Dewasa ini, mayoritas para remaja memilih menekuni spesifik ilmu yang menuntun mereka pada profesi yang dapat menunjang kehidupan yang lebih baik. Pendidikan tinggi yang sudah memiliki kejelasan pada outputnya.
Seperti , profesi Dokter yang kini di elu-elukan remaja awam. Ketika hendak memasuki perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kesehatan (dokter-red), mereka selalu beranggapan bahwa seorang lulusan perguruan tinggi kedokteran, mendapatkan posisi yang tinggi dalam bermasyarakat. “seburuk-buruknya kemampuan seorang dokter, tetapi setidaknya mereka mampu mendapatkan uang makan dalam sehari” begitu tanggapan salah seorang siswa menengah yang hendak memacu dirinya untuk menunjang ilmu dibidang kedokteran.
            Padahal hal ini belum sepenuhnya benar.
Mereka belum tentu mendapatkan kursi tinggi di masyarakat, hanya bermodalkan pengetahuan seorang dokter. Mereka belum tentu memperoleh uang makan dalam sehari, bila tidak dipekerjakan disalah satu Rumah Sakit, atau membuka praktek mandiri. Masih banyak toh dokter yang menganggur. Dan malah menekuni usaha lain, yang jauh melenceng dari ilmu yang diemban dulu dibangku kuliah.
            Setelah diamati lebih dalam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yang diantaranya : rasa gengsi yang tinggi pada jiwa seseorang tersebut, pengetahuan yang sangat minim dibidang disiplin ilmu, cara berpikir yang sangat sempit, pengaruh dari lingkungan, dan lain sebagainya.
Demi mempertahankan gengsi pribadi atau keluarga, mereka rela merogoh kocek lebih dalam untuk main sogok hanya untuk mendapatkan kursi kosong di perguruan tinggi kedokteran. Padahal kemampuan pribadi, sangat tidak mendukung.
Selain itu, mereka hanya berpikir sempit, mereka belum paham betul bahwa profesi seorang dokter, bukanlah satu-satunya profesi yang mendatangkan kesejahteraan. Buktinya, masih banyak dokter spesialis yang terpaksa mengutang di bank demi memenuhi kebutuhannya.
Dorongan dari pihak keluarga juga membebani mereka yang akhirnya mengikuti untuk memilih kedokteran. Padahal mungkin kemampuan mereka jauh dapat berkembang di jurusan perguruan tinggi lainnya.
            Jika semua menginginkan menjadi seorang dokter, siapa yang hendak rela menjadi seorang bidan dan atau perawatnya ??
Jika pemikiran mereka masih sempit seperti ini, semakin lama akan semakin banyak oknum-oknum yang bergelar dokter-dokter an .
Sudah menghabiskan waktu lama saat menekuni ilmu kedokteran, tetapi malah berakhir menjadi seorang wirausahawan.
            Pikirkanlah kembali masak-masak, hendak kemana akan melanjutkan jenjang pendidikan. Sesuaikan pada kemampuan diri, keinginan diri, dan isi kantong sendiri.
Suatu profesi akan anda pijaki dengan kedua kaki pribadi.
            Tetapi, jika anda memang sangat berminat untuk mejadi seorang dokter. Kejarlah mimpi tersebut. Usahakan dengan kemampuan pribadi.
Ingatlah, profesi dokter bukan mengedepankan gengsi pribadi, isi kantong, dan posisi dalam masyarakat.
Jika anda terputus untuk menjadi dokter, profesi perawat, bidan, dan profesi bidang medis lainnya, siap mengahantarkan anda menuju hidup yang lebih baik….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar