gold krisan

sayapku yang dulu hendak rapuh, karena beberapa pias senja. tetapi kini, kembali tersadar, aku akan berbinar, tapi tentu tak kan gemerlap, bila kau tak bersama ku. sekarang. terimakasih untu kau yang kini mengisi babak baruku. terimakasih untuk semua.....

Sabtu, 01 Oktober 2011

cerita pendek (wajib baca)

DARI FOO , UNTUK MEGI

          Dahulu, saat pertama kali aku mengenalnya....
Hal pertama yang kulakukan, adalah memicingkan mata..
”tak ada nuansa menariknya”
Tubuhnya tak sampai 157cm. Berat badannya pun hanya 41kg. Kulitnya putih pucat. Wajahnya..... bisa disamakan dengan isi kepalanya, sebut saja standar. Temannya pun tak terlalu banyak. Cara berpakaiannya, tidak seperti mantan-mantan ku yang ’high class’. Aku mampu memberinya nilai 5,5 , tak lebih.

*******

          Panggil saja aku Foo. Lengkapnya, Rasya Foolanksi.
Di usia ku yang sudah 19tahun, aku akhirnya memutuskan untuk menekuni tekhnik arsitektur di perguruan tinggi negeri di Bali.
Softball yang menjadi rutinitasku, tak pernah ku tanggalkan.
Banyak rekan maupun sanak keluarga yang mengakui ketampanan ku (bukannya sombong), tetapi setiap kali bercermin, hati kecilku tak mampu berbohong, bahwa wajahku memang menarik.
Buktinya sudah 28 mantan pacar yang ku koleksi, sejak akhir kelas enam SD, hingga 2bulan yang lalu. Kini memang, statusku masih jomblo. Tetapi semua kisah romansaku kini lebih berwarna, sejak bertemu seseorang. Awal kisah dimulai dari hari itu, di suatu sore yang teduh................

          ”Foo.....aku duluan ya, jangan lupa besok, buku catatanku..” suara Dena menggema semakin menjauh dari pendengaranku.
”Sore yang bagus buat santai” gumamku sambil meletakkan tas punggung hitamku diatas rumput, dibawah pohon cemara.
Belum sempat menutup mata, mencoba beristirahat sebentar. Kenyamanan ku sudah terusik dengan kedatangan seseorang. Dengan malas aku berusaha bangkit membalas ucapannya barusan.
”ya...sebentar aja, nanti aku lanjutin.” jawabku enteng dengan nada tak senang.
Gadis itu senior diatasku satu tahun. Bedanya, dia mengambil jurusan tekhnik sipil. Sudah 2minggu ini kami tergabung dalam satu kelompok kerja.
Malas, jenuh, dan sangat terpaksa bisa satu tim dengannya. Tapi apa daya, karena kemampuan ku yang pas-pas an, akhirnya dia dipasangkan dengan ku, tentu alasannya, otaknya mampu mengimbangi otakku yang jauh dibawahnya.
Aku hanya ingin istirahat sebentar saja, omelannya sudah sepuluh menit, tanpa jeda.
Megi Yostrina. Lebih singkatnya aku memanggilnya ’Egi’. Seperti yang kukatakan tadi, tak ada hal yang menarik darinya. Dan ku dengar-dengar, di usianya yang sudah 20tahun, ia hanya mengalami 6 kali sesi pacaran. Jauh denganku yang lebih berpengalaman....
          Orang tuanya sudah lama bercerai, karena perbedaan agama. Ia putri tunggal. Tetapi kini memutuskan untuk tinggal sendiri dirumah modern-minimalis yang sengaja dibangun khusus untuknya.
          Dengan sifatnya yang perfeksionis, tak sabaran, diktator, dan berbagai sifat menyebalkan lainnya, menambah keruh suasana hatiku akhir-akhir ini. Ditambah lagi dengan tugas darinya yang tak bisa ku sebutkan satu persatu. Serasa ingin menghujam jantungnya dengan garpu tala !!! lalu mengikat tubuhnya di pohon tomat , (nah loo.....)
          ”Gimana sih kamu ??? Ini kan udah dijelasin kemarin, gambarnya tipis-tipis aja, gak usah ditebelin kayak gini, kalau salah, susah lagi di hapus. Ulang lagi....saya gak mau tahu, dua hari lagi sudah jadi”
Lagi-lagi nenek Egi memprotes hasil karya ku.
Kini sudah tak bisa di tahan lagi.
”Aku cape tau Gi....ngerti dikit dong. Pake ini aja kenapa sih. Engga ada kerjaan ku yang bagus dimatamu. Kalau boleh, aku ngundurin diri aja, lebih baik cari partner yang bagusan dikit”
”Sanah pergi..........aku lebih mending pulang. Tidur atau nonton. Dibanding ngurusin ababil model kamu. Yang bisa jadiin hape, motor, laptop, dan cewe jadi objek sehari-hari mu..” balas Megi tak kalah geramnya.
          Dengan wajah penuh tekukan, Megi segera berlalu meninggalkan Foo yang masih tak percaya pada kelakuan Megi barusan.
Setahunya, Megi memang sangat disiplin dan teliti, hanya saja, ia tak memiliki sikap emosi yang tinggi. Apa lagi membentak barusan, paling hanya mengomel. Itu pun tak sekeras tadi.
”Egi....bisa gitu juga ternyata”
******

          Sudah sebulan ini aku tak bertegur sapa dengannya. Siapa lagi kalau bukan Megi. Senior yang seharusnya kini memberiku tambahan nilai untuk semester ini.
Tapi karena kebodohanku, yang menggertaknya, akhirnya ia pun pergi. Padahal hanya bercanda awalnya. Apa mungkin saat itu ia sedang PMS ?????
Bisa saja kan.
*******

          Awalnya biasa, tapi kini jadi tak biasa. Hidupku jadi tak nyaman karena jarakku dengan Megi.
Walaupun dulu sempat bermusuhan, sempat tak rela, sempat dongkol dibuatnya. Tapi sejatinya, aku membutuhkan dia.
Demi nilai, itu dulu.
Tapi ini lain halnya....
Ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang Megi miliki, yang tak pernah wanita lain memilikinya.
Terutama saat ia memberiku saran, ketika Bunda dan Ayah sempat bermusuhan tak saling pandang dalam seminggu.
Ketika, Egi membawakan Brownis buatannya. Ketika Megi mengajariku banya hal tentang materi kuliah. Ketika Megi membentakku. Ketika Megi berusaha menyadarkanku saat tak sengaja mabuk di areal kampus.
Megi. Kembali.....Ku mohon.
*******
          Akhirnya.............
Dengan segala proses yang cukup alot.
Dimulai menyadarkan diriku sendiri. (Apakah benar seorang Foo, bisa jatuh hati pada seorang Egi, yang jauh berbeda dengan harapannya)
Dengan usia yang terpaut satu tahun tiga bulan delapan hari ini, aku  bisa merubah segala penilaianku pada Egi, senior yang sering ku sebut ’Nenek Egi’ .
Mencoba membujuknya untuk kembali berbaikan denganku.
Mencoba meluluhkan hatinya dengan sihir-sihirku sebelumnya.
Berusaha mengubah diriku menjadi lebih baik untuknya.
Berusaha memahami apa yang ia inginkan.
          Semua ini kini terwujud.
Foo yang sebelumnya dingin, dan bersikap cuek pada perempuan berpenampilan ’standar’, kini takluk pada kelas perempuan itu.
*******
          Aku menggandeng tangan Egi menuruni bukit hijau. Sambil sesekali mengusap airmatanya yang jatuh.
”Udah.....enggak usah ditangisin. Semua udah terjadi toh. Yang penting sekarang sudah lebih baik, dengan jarak sejauh ini”
Ucapku tiba-tiba sesaat setelah mendengar Egi yang semakin terisak, pasca menceritakan hubungan kedua orang tua nya yang kurang harmonis.
Senja yang sejuk, kembali mengantar kami pulang dengan semilir angin yang bertiup sedang....
*******

          Setelah melihat Megi sepanjang hari.
Baru aku menemukan keindahannya. Ia sangat menawan, saat menangis.
Ketika ia tersingkap menjadi butiran debu, di dalam kelabu yang menggema.
Aku dengan segap akan meraih tangannya, menuntun menuju pelita yang lebih terang.
          Tak ada lagi wanita high class.
Megi, seniorku. Kini mampu melengkapi hari-hariku menjadi lebih berwarna......





oleh:
adnyaswari.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar